Mas Ontayus Berbagi bersama

Blog ini dibuat untuk saling berbagi pengalaman, berbagi ilmu, bertukar fikiran,




BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Sa’ad Ismail Ali, sebagaimana dikutip oleh Hasan Langgulung, salah satu diantara sumber pendidikan Islam yakni sunnah atau hadis, hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Hadist sebagai sumber hukum kedua memiliki nilai penjabaran yang menjelaskan makna yang sulit dipahami didalam Al-Qur’an. Rosululloh sebagai perantara yang menjelaskan apa yang sulit dipahami didalam Al-qur’an, kaitanya dengan pendidikanpun rosul menjadi teladan nomor satu.
Kita sebagai pendidik islam tentunya dituntut untuk merealisasikan cara yang diteladankan oleh Rosululloh SAW seperti :
1.      Pendidikan islam hendaknya disampaikan secara utuh dan lengkap yang memuat berita gembira dan peringatan kepada umatnya (QS.Saba’:28).
2.      Pendidikan islam dan apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (QS. AL-Baqarah : 119.
3.      Pendidikan islam secara rahmatan lil ‘alamiin (rahmat begi seluruh alam) yang ruang lingkupnya tidak sebatas manusia saja, etapi mahkluk hidup yang lainya.
4.      Sebagai evaluator pengawas dan senantiasa bertanggung jawab atas aktivitas pendidikan.









a.      Latar Belakang Masalah
Banyak sekali dikalangan pendidik islam mereka tidak tahu prinsip dasar metode yang pernah diajarkan oleh teladan Rosululloh, padahal islam sejatinya yang menjadi rujukan kehidupan manusia. Alhasil jika pengetahuan ilmu mendidik tidak pas maka yang akan terjadi adalah hasil akhir dari pendidikan islam itu sendiri, yakni kerenggangan generasi terhadap agama islamnya dan yang dikhawatirkan lambat laun grafik kemurtadatan semakin tinggi.
b.      rumusan masalah
bagaimanakan pendekatan dalam pendidikan islam yang dicontohkan rosululloh?
c.       Tujuan
Tulisan sederhana ini dibuat untuk mengetahui bagaimana teladan nabi Muhammad ketika menjada seorang revolusioner islam, tentunya masalah pendidikan, begitu luarbiasanya Rosul dahulu membimbing umatnya, menjadi umat yang berpengetahuan luas dan juga semakin taat terhadap dieenul islam.
           








BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Pendekatan
Ramayulis (2006: 169) mengatakan pendekatan merupakan terjemahan dari kata “approach” dalam bahasa inggris, diartikan dengan come near (menghampiri) go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan) dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu. HM. Chabib Thaha, mendefinisikan pendekatan adalah cara pemerosesan subjek atas objek untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga berarti cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang dalam kontek yang lebih luas.[1]
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pendekatan adalah 1). Proses perbuatan, cara mendekati 2). Usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. “Dalam bahasa Ingggris, pendekatan diistilahkan “approach” dalam bahasa Arab disebut dengan “madkhal”.[2]


A. Pendekatan Pengalaman
Pendekatan pengalaman merupakan pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.  Dengan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara ikdividu maupun kelompok. Sehubungan dengan ini ditemukan hadist antara lain sebagai berikut

عَنْكَلَدَةَبنِ ِحنبلٍ أنّ صفوانَ بْنَ أُمَيَّةَ بعثَهُ اِلىَ رَسُوْلِ صلّى اللّهُ عليهِ وسلّمَ بِلَبَنٍ وجِدَاية
وَضَغَابِيْسَ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَ عْلَى مَكَّةَ فَدَخَلْتُ  وَلَمْ أُسَلِّمْ فقاَلَ ارْجِعْ فَقُلِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
Kaladahbin hanbal meriwayatkan bahwa ia diutus oleh shafwan bin umayyah kepada Rosululloh membawa susu,, anak kijang, dan ketimun kecil. Sementara itu nabi sedang berada di ketinggian mekah. Ia berkata,”Aku masuk tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.” Lalu beliau bersabda, “keluar dulu,lalu ucapkan salam.”
(H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
            Dalam hadist ini, Rasululloh tidak memarahi Kaladah lantaran tidak mengucapkan salam. Akan tetapi beliau mengharapkan kaladah menjalankanya secara praktis (mengalami sendiri) dan diaplikasikan setiap masuk rumah sebagai salah stu etika kesopanan. Tidak diragukan lagi belajar dengan metode seperti ini memberikan nilai lebih banyak dan kesan yang lebihdalam dari pada sekedar nasihat dan arahan teoritis  yang tidak dibarengi dengan latihan praktis. Dengan demikian Rosululloh telah menggunakan pendekatan pengalaman dengan mengajarkan nilai-nilai akhlak kepada para sahabat.
            Pendidik islam seharusnya menggunakan metode pendekatan ini sebagai pelajaran didalam ibadah, guru akan mengalami kesulitan ketika tidak melakukan pendekatan ini. Peserta didik harus mengalami sendiri ibadah itu dengan bimbingan gurunya. Belajar dari pengalaman jauh lebih baik dari pada sekedar berbicara, tidak berbuat sama sekali. Pengalaman disini adalah pengalaman yang bersifat mendidik. Memberikan pengalaman yang edukatif yang kemudian diarahkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.[3]
            Contoh lain didalam pengalaman keagamaan baik individu maupun kelompok, adalah ketika bulan ramadhan tiba, semua kaum muslimin diwajibkan melaksanakan puasa, dimalamnya ada kegiatan shalat terawih yang biasanya dilanjutkan dengan ceramah agama yang disampaikan oleh Da’i dan peserta didik biasanya tidak ketinggalan untuk mendengarkan ceramah tersebut. Disinilah peserta didik bisa diberikan tugas dari guru untuk menyerahkan laporan tertulis yang sudah ditanda tangani oleh penceramah.

B. Pendekatan Pembiasaan
            Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Setelah terbiasa, peserta didik akan merasa mudah untuk ,mengerjakan kegiatan-kegiatan keagamaan. Sehubungan dengan ini, terdapat hadist antara lain sebagai berikut.
عَنْ عَمْرِوبْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوْا أوْلاَ دَكُمْ بِصَّلاَةِ وَهُمْ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهاَوَهُمْ أبْناَءُ عَشْرٍوَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِيْ الْمَضَاجِعِ
Dari ‘Amru bin Syu’aib dari bapaknya dan kakeknya, Rosululloh bersabda.”suruhlah anakmu mendirikan shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukulah mereka karena meninggalkanya ketika ia berumur sepuluh tahun. (pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka,,,” (H.R Abu Dawud)
Hadist ini menginformasikan bahwa (1) orang tua harus menyuruh anak mendirikan shalat sejak umur tujuh tahun; (2)setelah berumur sepuluh tahun-dan ternyata meninggalkan shalat maka orang tua boleh memukulnya; dan (3) pada usia sepuluh tahun juga, tempat tidur anak harus dipidahkan antara laki-laki dan perempuan.
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran, tujuanya adalah agar siswa memperoleh sikap, kebiasaan, dan perbuatan baru yang lebih tepat.
           
Dari segi hukum, anak yang berusia tujuh tahun belum termasuk mukallaf.[4] Dengan demikian dapat dipahami bahwa Rosul menyuruh anak usia tujuh tahun mendirikan shalat dengan maksud membiasakan mereka agar setelah mukallaf nanti, anak tidak mersasa keberatan untuk melaksanakannya. Orang tua diperintahkan mendidik anak mendirikan shalat, setelah berusia tujuh tahun, hal itu untuk mempermudah proses pendidikan.
C. pendekatan emosional
Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam memahami dan menghayati ajaran agama agar perasaanya bertambah kuat terhadap Allah sekaligus dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sesuai dengan ditemukannya hadist berikut :
عَنِ النُّعْمَنَ بْنِ بَشِيْرٍ يَقُوْلُ قاَلَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَدِّهِمْ وَتَرَا حُمِهِمْ وَتَعاَ طُفِهِمْ كَمَثَلِ الجَسَدِ إِذَا اشْتكَى عُدْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَاءِرُ جَسَدِهِ بِا السَّهَرِ وَلْحُمَّى
Nu’man bin Basyir meriwayatkan bahwa Rosululloh bersabda, “Perumpamaan sikap saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi diantara orang yang beriman itu seperti anggota tubuh. Jika salah satu anggota tubuh mengeluh sakit, maka seluruh anggota tubuh akan merasakannya sampai tidak menidurkan diri dan selalu merintih.” (H.R Muslim)
            As-Suyuti menjelaskan bahwa yang dimasksud dengan kata tadaa’aa dalam hadis diatas adalah sebagian anggota memanggil yang lainya karena sama-sama merasakan sakit. Kata as-sahar berarti karena rasa sakit seseorang tidak dapat tidur. Kata al-hummaa berarti merintih karena sakit dan tidak dapat tidur. Menurut Al-Qodhi Iyadh, penyamaan orang yang beriman dengan satu tubuh merupakan penyamaan yang tepat karena mendekatkan dan memjelaskan pengertian. Didalamya terdapat ajaran yang menghargai hak-hak orang islam dan memotivasi agar saling menolong dan saling mencintai.[5]
D. Pendekatan Rasional
            Pendekatan rasional adalah usaha memberikan peranan kepada rasio atau akal dalam memahami  dan menerima kebenaran ajaran agama kemudian mencoba menggali hikmah dan fungsi ajaran agama. Sehingga seseorang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Sehubungan ini terdapat hadis sebagai berikut.
عَنْ عبْدِاللّٰهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَايَسْقُطُ وَرَقُهاَ وَهِى مَثلُ الْمُسْلِمِم حَدِّثُوْنِى مَا هِى فَوَقَعَ النَّاسُ فِى الشَّجَرِ الْباَدِيَةِ وَوَقَعَ فِى نَفْسِى أنَّهاَ النَّخْلَةُ قَالَ عَبْدُاللّٰهِ فَا سْتَحْيَيْتُ فَقَالُوْا يَا رَسُوْلُ اللّٰهِ أخْبِرْنَا بِهَا فَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِىَ النَّخْلَةُ
Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rosululloh bersabda.”sesungguhnya diantara pohon-pohon ada pohon yang tidak gugur daunya dan itu bagaikan muslim. Katakanlah kepadaku apa nama pohon tersebut.”semua orang mulai berfikir tentang pohon yang tumbuh dipadang pasir dan saya berfikir bahwa itu adalah pohon kurma. Namun saya merasa malu (untuk menjawabnya). Ssementara itu ada yang berkata,” wahai Rosululloh, beritahukan kepada kami pohon apa itu.” Lalu Rosululloh menjawab,” pohon itu adalah pohon kurma.” (H.R BUKHARI)
Menurut Ibnu Hajar, penyamaan pohon kurma dengan orang muslim adalah sama-sama mendapatkan keberkahan. Keberkahan kurma terdapat pada setiap bagianya, mulai dari muncul buahnya sampai dikeringkan dan dapat dimakan. Selain itu, setiap bagian pohon dapat dimanfaatkan. Bijinya dapat digunakan sebagai makanan ternak, dan tangkai buahnya dapat dijadikan sebagai tali. Begitu pula dengan berkah seorang muslim hingga lahir sampai akhir hayatnya bermanfaat bagi diri dan orang lain. Dalam hadist ini, Rosululloh melontarkan pertanyaan kepada para sahabat supaya cara berfikirnya terarah, dengan mengajukan pertanyaan mengenai persoalan tertentu untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan. Ketika mereka mencoba memberi jawaban atas pertanyaan itu, Rosululloh kemudian memberikan jawaban yang tepat dan benar sebagai tambahan wawasan mereka. Muhammad Ustman  Najati, mengajukan pertanyaan, diskusi, dan dialog dapat membantu mengarahkan proses berfikir dan belajar dengan cepat. Allah memerintahkan kita untuk meminta petunjuk kepada para ahli dan bertanya kepada mereka untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Firman Allah :
(#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& ̍ò2Ïe%!$# bÎ) óOçFZä. Ÿw šcqßJn=÷ès? ÇÐÈ  
Artinya : maka tanyakanlah olehmu kepada
orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. Al-An biya(21): 7)[6]

E. Pendekatan Fungsional
            Pendekatan fungsional, yaitu penyajian materi ajaran agama islam dengan penekanan segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam  kehidupan sehari-hari sesuai tingkat perkembangan mereka. Pembelajaran dan melakukan bimbingan shalat misalnya, diharapkan berguna bagi kehidupan seseorang, baik dalam kehidupan individu maupun sosial. Ditemukan hadis sebagai berikut.
عَنْ أبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا يَسَّرَ اللّٰهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِوَمَنْ يَسَّرَ عَلٰى مْعْسِرٍ فِى الدُّنْيَا يَسَّرَاللّٰهُ عَلَيْهِ فِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِى الدُّنْيَا سَتَرَ اللّٰهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللّٰهُ فِى عَوْنِ العَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أخِيْهِ
Dari Abu hurairah, Nabi bersabda,”barang siapa yang melapangkan seorang muslim dari suatu kesempitan dunia niscya Allah akan melapangkan dari suatu kesulitan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan seorang muslim dari satu kesulitan dunia niscaya Allah akan memudahkan didunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim di dunia, niscaya alloh menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah menolong hambanya selama hamba itu menolong saudaranya.” (H.R At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)


Ada empat hal yang diinginkan Rosululloh agar dikerjakan oleh umatnya terhadap sesama dalam hadis diatas, yaitu (1) melapangkan kesempitan, (2) memudahkan kesulitan, (3) menutup aib, dan (4) menolong saudara. Untuk kegiatan tersebut ditegaskan oleh Rosululloh manfaat yang akan didapat oleh pelaku, baik didunia maupun akhirat. Hal ini dapat membangkitkan semangat para sahabat untuk saling membantu. Dengan demikian, beliau telah menggunakan pendekatan fungsional dalam mendidik para sahabatnya.
            Pelajaran agama yang diberikan kepada peserta didik bukan saja untuk memberantas kebodohan dan pengisi kekosongan intelektual, tetapi untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang demikian itulah yang menjadi tujuan pendidikan agama disekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan.

F. Pendekatan Keteladanan
            Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan atau memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Guru yang senantiasa baik kepada setiap orang misalnya, secara langsung memberikan keteladanan kepada peserta didiknya. Keteladan pendidik terhadap peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru akan menjadi tokoh identifikasi dalam pandangan anak yang akan dijadikan sebagai teladan dalam mengidentifikasikan diri dalam kehidupanya.
Sehubungan dengan ini telah ditemukan hadist, antara lain sebagai berikut.
عَنْ أبِىْ سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيّ صَلَى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُوْنَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِيْنَ لَيْلَةَ فَظَنَّ أَنَّ اشْتقْنَا أَهْلَنَا وَسَ أَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِى اَهْلِنَا فَأَخْبَرنَاهُ وَكَانَ رَفِيْقًا رَحِيْمًا فَقَالَ ارْجِعُوْا إِلىَ أهلِيْكُمْ فَعَلِّمُوْ هُمْ وَمُرُوْهُمْ وَصَلُّوْا كَمَارَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّيْ وَاِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُفَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ

Abu Sulaiman Malik bin Al-Huwairits berkata,”kami, beberapa orang pemuda sebaya mengunjungi Nabi, lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada keluarga. Lalu kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah orang yang halus perasaanya dan penyayang. Beliau bersabda,” kembalilah kepada keluarga kalian. Ajarilah mereka, suruhlah mereka, dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat saya mendirikan shalat. Apabila waktu shalat telah masuk, hendaklah salah seorang diantara kalian mengumandangkan azan dan yang lebih tua hendaklah menjadi imam.” (H.R Al-Bukhari)
Dalam hadis diatas, Rosul memberikan keteladan cara memperlakukan tamu selama berada dirumahnya. Beliau telah menunjukan keramahan, kelemah lembutan, kasih sayang dan meninggalkan kesan yang mendalam. Dalam hal ini Rosul tidak menyuruh agar para sahabat meniru. Selain itu, beliau juga mencontohkan mendirikan shalat, terlihat bahwa beliau mengutamakan pendekatan keteladanan.
            Manusia banyak belajar tentang berbagai kebiasaan dan tingkah laku melalui proses peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Ia mulai belajar bahasa dari meniru kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya dengan mengucapkan kata-kata secara berulang kali. Tanpa terbiasa mendengar orang mengucapkan suatu kata, manusia tidak bisa berbahasa lisan.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Pendidikan Islam merupakan usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dalamrangka menyampaikan sebuah agama, dengan berdakwah, menyampaikan ajaran,memberi contoh, melatih keterampilan dan berbuat, menciptakan kepribadian muslim.Dalam rangka membentuk itu semua, untuk mengajukan pendidikan Islam yang ada, misalnya dalam perkembangan kemajauan intelektual pendidikan. Pendekatan yang di jalankan dalam pendidikan islam merupakan suatu cara alat untuk lebih meningkatkan tarap kemampuan dan keintelektualan bagi peserta didik. Pendekatan dalam pendidikan  Islam yaitu menggunakan pendekatan yang dilakukan seperti yang dicontohkan oleh Rosul kita meliputi :
·         Pendekatan pengalaman
·         pendekatan pembiasaan
·         pendekatan emosional
·          pendekatan rasional
·          pendekatan fungsional
·         pendekatan keteladanan.
b. Saran
            Dari makalah yang saya buat semoga akan menjadikan manfaat bagi kita semua. Namun, penulis menyadari dari pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan baik dari tulisan maupun kata-katanya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.






DAFTAR PUSTAKA
Bukhari, Umar.2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
Ramayulis.2006.  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
http:// /hadits tentang pendidikan dan pengajaran _ islamic centre.htm



[1] Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia.2006) hlm.2
[2] KBBI Online
[3] Bukhari Umar,M.Ag, Hadist Tarbawi,(Jakarta : Amzah, 2012)cet.ke-1, hlm.176
[4] Ali Hasbullah, Ushul At-Tasyri Al-Islami, (mesir: Dar Al-Ma’arif,1383 H/1964 M),cet. Ke-3, hlm.330
[5] Op.cit, hlm.180
[6] Mohamad Taufik, Qur’an in word ver.1.3